Setiap Hari Siswa-siswa SDN Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Itu Jalan Kaki Seberangi Dua Sungai



TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Minimnya akses menuju sekolah tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah pelosok Jawa Tengah. Puluhan siswa di Kota Semarang pun setiap hari harus jalan kaki menyeberangi sungai demi bisa bersekolah.
Rizal Priyadi (7) siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang dengan ceria pulang sekolah tanpa mengenakan alas kaki. Sesekali, ia bercanda dengan adik dan neneknya yang mengantarnya pulang sekolah.
Tampak lumpur sungai menempel di pergelangan kakinya. "Sepatuku di dalam sini (sambil menunjuk tas punggungnya), kalau dipakai nanti basah," kata siswa kelas I itu pada Tribun Jateng, pekan lalu.
Rizal bercerita bahwa untuk sampai sekolah sepatunya memang tidak dipakai. Sebab, ia harus menyeberangi dua sungai. Satu sungai kecil selebar 3 meter lalu melewati sawah-sawah. Kemudian ia harus menyeberangi Sungai Kethekan selebar lebih dari 25 meter.
Sungai Kethekan (sebutan warga) merupakan sungai dangkal. Banyak bebatuan besar dan bisa dilewati dengan jalan kaki. Namun, jika hujan deras, Sungai Kethekan bisa langsung penuh. "Lebih dekat dari sini daripada muter lewat jalan raya Mas, paling 400 meter jalan kaki," kata Markanah, nenek Rizal.
Warga lainnya, Sambari (38) juga pernah merasakan berjalan ke sekolah dengan menenteng sepatu. Hampir seluruh warga Jabungan bersekolah di SD tersebut karena itu satu-satunya sekolah di wilayah Jabungan hingga sekarang.


Ia ingat sekitar tahun 1983 ketika masuk SD, bersama teman-temannya, selalu berangkat dengan berjalan kaki. Seluruhnya tidak memakai alas kaki. "Kalau cuaca tenang tidak masalah, tapi kalau musim hujan pada tidak berani lewat sungai. Arusnya deras, lewat jalan lain tapi jaraknya 1,5 kilometer," jelasnya.
Pria berkumis itu mengira sesudah puluhan tahun akan ada perubahan. Ternyata hingga ia punya anak usia SD, belum ada perubahan. Anaknya pun berangkat sekolah dengan nyeker.
"Saat hujan deras saya antar naik sepeda motor lewat jalan raya. Jalannya menanjak. Lalu akses masuk ke SD dari jalan raya juga hanya bisa dilalui satu sepeda motor yang jaraknya juga ratusan meter. Paling cepat memang lewat sungai," jelasnya. (Sumber foto dan artikel : jateng.tribunnews.com/tribun jateng cetak)